Self Healing
Menulis sebagai healing, menemukan cara merefleksi dan mengenali emosi dalam diri

yenisovia
Menulis adalah suatu pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh setiap orang, karena tiap-tiap manusia dianugerahi kemampuan untuk bisa menulis . Tidak perlu menjadi seorang penulis hebat untuk bisa menuliskan apa yang ingin dituliskan. Menjadi seorang penulis, memang tidak cukup dipelajari dalam satu hari. Perlu menambahkan bumbu dalam pemilihan bahasa agar cita rasa dalam menulis menjadi lebih enak dibaca.
Percaya atau tidak, menulis dapat membantu dalam mengolah emosi yang kita rasakan. Saat dalam keadaan bahagia atau bahkan dalam keadaan sedih, kita bisa langsung menulis mencurahkan apa yang sedang kita rasakan. Saat sedih terasa, ingin sekali menangis tapi sulit dan sesak terasa di dada, maka dengan menuangkannya menjadi sebuah tulisan, dapat membuat perasaan menjadi lebih lega. Istilah tersebut dikenal dengan writing therapy.
Menulis sebagai healing, hal tersebut bukan karena kata-kata ajaib yang dituliskannya, melainkan karena energi dan pemikiran positif yang mengalir pada saat menuangkan suatu beban, kegelisahan, kerisauan menjadi susunan-susunan kalimat. Writing therapy bisa benar-benar berhasil jika seseorang menuliskannya berdasarkan perasaan terdalamnya, menguraikan benang-benang kusut, mencari akar yang menjadi alasan dan penyebab perasaan yang bersarang dalam dirinya. Bukan hanya sekedar menuliskan urutan-urutan dari suatu peristiwa atau kronologi yang terjadi. Jadi, benar-benar fokus pada emotional content yang dirasakan oleh perasaaan terdalam (the deepest).
Efek terapeutik dari hasil menulis adalah adanya perasaan lega atau plong karena sudah berhasil menggali emosi menyesakkan yang dirasakan menjadi sebuh bentuk tulisan. Kemudian tidak menolak atau menyangkal (denial) perasaan tersebut, berdamai dengan segala situasi dan kondisi yang sedang terjadi, selanjutnya menerima atau acceptance bahwa perasaan emosi tersebut adalah wajar untuk dirasakan dan tidak apa-apa untuk merasakan perasaan tersebut. Setelah semua penerimaan tersebut, tidak apa-apa untuk sedih, untuk marah, kecewa atau perasaan lainnya. Namun, pastikan agar tidak terus berlarut dan segera bangkit.
Dengan menulis, kita jadi lebih bisa merefleksi diri, lebih mengenali emosi yang ada dalam diri, kemudian mengklarifikasi perasaan yang dirasakan dari suatu peristiwa atau kejadian sehingga membuka pikiran atau sudut pandang lain untuk melihat secara lebih objektif dan lebih jernih.
Seperti yang dituliskan dalam laman media sosial Raden Prisya Priyatna, seorang Mindfulness Facilitator, yang lebih memfokuskan self healing melalui journaling, menyebutkan bahwa, “Expressive Journaling adalah sebuah kebiasaan menulis yang bertujuan untuk mengolah pemikiran menjadi nilai-nilai yang dapat menjadi amunisi untuk berproses menuju lebih baik. Sifatnya pun mandiri dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penulis.” Selain itu, Ibu dari dua orang anak ini menuliskan juga tentang fungsi dari journaling, “ternyata Esensi utama journaling adalah melihat diri kita seapaadanya mungkin, dan belajar menyaksikan saja apa yang muncul tanpa menghakimi — sebelum kita menentukan langkah dan memahami potensi diri yang sesungguhnya.”
Read more info "Menulis sebagai healing, menemukan cara merefleksi dan mengenali emosi dalam diri" on the next page :
Editor :Sherly Intan Amalia
Source : Laman Media Sosial Raden Prisya Priyatna