Street Harrassment, Kekerasan Seksual
Catcalling Bukan Sebuah Bentuk Pujian dan Bahan Lucu-lucuan

willinga
Perlu dipahami bahwa catcalling bukanlah sebuah bentuk pujian yang dilakuakan oleh laki-laki tak dikenal di tempat umum, melainkan sebuah tindakan kekerasan seksual atau street harassment.
Hampir seluruh perempuan di seluruh penjuru pasti pernah merasakan yang namanya diganggu oleh kaum laki-laki. Diantara kalian ada yang tiba-tiba pernah disebut ‘cantik’ atau ‘seksi’ dan sejenisnya oleh orang tak dikenal ketika sedang melintas di tempat umum? Jika ya, berarti kalian pernah mengalami pelecehan seksual berbentuk catcalling. Catcalling adalah komentar bernada seksual yang dilontarkan oleh laki-laki ke Perempuan di tempat umum.
Bagi para lelaki, panggilan-pangilan cuitan, memajukan bibir layaknya mencium, itu memang dianggap secara spontan lucu dan dilakukan sambil tertawa-tawa, setelah melakukannya banyak lelaki juga kemudian melupakannya. Namun, para perempuan yang mengalaminya tidak menganggap hal demikian ini sebagai sesuatu yang lucu, apalagi menghibur.
Tidak sedikit Perempuan yang marah ketika menjadi korban catcalling. Di sisi lain, ada yang percaya bahwa catcalling adalah 'wajar' dan hanya merupakan suatu bentuk keakraban. Mereka menganggap, tidak masalah jika menerima siulan dari laki-laki di pinggir jalan. Tidak pula ada unsur seksual di dalamnya. Namun, kembali lagi ke korban catcalling. Pada dasarnya mereka yang menentukan apakah tindakan semacam ini merugikan atau membuat risih. Ada beberapa orang yang bahkan tak ambil pusing soal ini, asal catcalling dilakukan dalam batasan tertentu. Tak semua sepakat catcalling itu pelecehan, demikian pula tak sedikit yang menganggapnya sebagai perilaku kurang ajar.
Kebanyakan bagi para laki-laki atau pelaku catcalling yang berdalih bahwa tindakan mereka itu lucu dan bertujuan untuk memuji penampilan fisik si Perempuan. Padahal, catcalling justru merupakan perbuatan tidak terpuji, menjijikan, dan menghina Perempuan. Catcalling menjadikan Perempuan sebagai objek seksual dan terlihat tidak lebih dari seonggok daging yang sedang berjalan tanpa memandang kesetaraan gender. Fenomena catcalling juga sering dihubungkan dengan gaya berpakaian si Perempuan yang terbilang terbuka sehingga menantang laki-laki untuk mengomentarinya. Dengan kata lain, hubungan antara catcalling dengan stereotype cara berpakaian Perempuan hanya mengada-ada untuk dijadikan pembenaran otak kotor dalam diri pelaku catcalling tersebut. Apa pun bentuknya, catcalling harus dihentikan karena dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mental para Perempuan yang mengalaminya.
Read more info "Catcalling Bukan Sebuah Bentuk Pujian dan Bahan Lucu-lucuan" on the next page :
Editor :Sherly Intan Amalia
Source : Laman Web SehatQu; Asni Harismi